Rabu, 13 Januari 2016

Splash Splash Love 2015 Subtitle Indonesia (Complete)

Poster


SPLASH SPLASH LOVE
Sinopsis :
Dan Bi (Kim Seul Gi) adalah siswi SMA yang juga peserta dalam test masuk perguruan tinggi. Dia menyerah belajar matematika dan pada hari saat tes, dia jatuh ke masa lalu di suatu tempat di era Joseon.
Dia kemudian jatuh cinta dengan Lee Do (Yoon Doo Joon), Raja yang sangat membutuhkan matematika.
.
Detail Drama :
Genre: Fantasy, Romance, Time-Slip
Episodes: 2
Broadcast network: MBC
Broadcast period: 2015-Dec-13 to 2015-Dec-20
Air time: Sunday 00:05

Episode 1

Episode 2


Subtitle Indonesia





Puck! Subtitle Indonesia 2016 (complete)



Sinopsis :
Joon-Man (Lee Kwang Soo) harus bekerja keras untuk melunasi utang mantan istrinya, Dia pun rela bekerja sebagai rentenir pada kelompok geng, walaupun ia memiliki kepribadian yang lembut, bahkan dalam menjalankan pekerjaannya itu Joon-Man rela menjadi pemain di tim hoki es untuk mendapatkan uang dari pelatih hoki es.
.
Detail drama :
Genre: Sport
Jumlah Episode: 2
Stasiun TV: KBS2
Periode Tayang: 1 Januari 2016
Jadwal Tayang: Setiap Hari Jum'at Pkl.20:30 KST
.
Pemeran :
Lee Kwang Soo memerankan Jo Joon Man
Son Soo Hyun memerankan Nam Sung Sil
Jung Hae Kyun memerankan Heo Myung Geun
Kwak Dong Yun memerankan Hwang Kyung Pil
Jo Yoon Woo memerankan Pil Bong
Lee Kang Min memerankan Hwan Seo
.
                               Kualitas. : 540p
                               Ukuran.   :  200mb-an


Episode 1

Episode 2


Subtitle

ASKEP DISLOKASI WOC


Askep dan WOC Dislokasi 
Silahkan download dibawah ini


Oh My Venus 2015 (Complete)


Ini adalah sebuah drama tentang dua teman masa kecil yang bertemu lagi saat mereka dewasa dan menemukan diri mereka untuk membuat taruhan pada "tantangan diet". Cerita berfokus pada perjalanan mereka dari mencari cinta dan kesehatan. Kim Young Ho (diperankan So Ji Sub) adalah seorang pelatih pribadi untuk bintang Hollywood. Meskipun ia berasal dari latar belakang keluarga kaya, ia mengalami cedera parah selama masa-masa kecilnya.

Sekarang, ia mengatasi masalah dengan kesabaran dan sikap keras kepala.nya Kang Joo Eun (diperankan Shin Min A) adalah pengacara berusia 33 tahun. Dia telah berjuang untuk menghidupi keluarganya. Sekarang, Kang Joo Eun memiliki kelebihan berat badan dan tidak begitu menarik.  Hal inilah yang membuat dirinya tertantang untuk melakukan diet. Lalu bagaimana kisah selanjutnya? Langsung saja Download Oh My Venus (Korean Drama) Subtitle Indonesia


Informasi:
Drama: Oh My Venus
Revised romanization: O Mai Bineoseu
Hangul: 오 마이 비너스
Genre: Romantic, Comedy
Director: Kim Hyung Suk
Writer: Kim Eun Ji
Network: KBS2
Episodes: 16 (To Be Confirmed)
Release Date: November 16, 2015 - January 05, 2015
Runtime: Monday & Tuesday 21:55
Language: Korean
Country: South Korea

Pemeran Utama:
So Ji Sub sebagai Kim Young Ho
Shin Min A sebagai Kang Joo Eun
Yu In Young sebagai Oh Soo Jin (Pengacara)
Jung Gyu Woon sebagai Im Woo Shik (Mantan Pacar Joo Eun)
Jo Eun Ji sebagai Teman Joo Eun
Sung Hoon sebagai Pelatih

Pemeran Pendukung:
Henry sebagai Kim Ji Yong
Sung Hoon sebagai Jang Joon Sung
Choi Il Hwa sebagai Ayah Kim Young Ho
Jin Kyung sebagai Choi Hye Ran (Ibu Tiri Young Ho)
Kim Jung Tae sebagai Executive Choi
Ban Hyo Jung sebagai Nenek Kim Young Ho

Kualitas: 540p
Ukuran.  : 200mb-an



Episode 1

Episode 2

Episode 3

Episode 4

Episode 5

Episode 6

Episode 7

Episode 8

Episode 9

Episode 10

Episode 11

Episode 12

Episode 13

Episode 14

Episode 15

Episode 16

Subtitle Indonesia


Download TUBEMATE

Buat yang biasanya streaming video di youtube kadang butuh aplikasi ketiga buat download video yang diinginkan. Nah kali ini ane bakalan kasih link buat download tubemate....

Tinggal buka video lewat tubemate lalu klik tanda panah hijau .. Pilih deh kualitas yang mau di download.

tubemate 2.2.5 apk
tubemate 2.2.4 apk

Senin, 04 Maret 2013

askep ektopik


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus.(Sarwono Prawiroharjho, 2005)
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus. Tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik (lebih besar dari 90 %). (Maryunanni Anik Yulianingsih. 2009)
Kehamilan ektopik  adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus (Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Meternal dan Neonatal, 2001).
            Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang di tandai dengan terjadinya implantasi di luar endometrium kavum uteri setelah fertilisasi (Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2001).
2.2 Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam bukunya menjelaskan beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu:
1.Faktor mekanis
Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi ke dalam kavum uteri, antara lain:
-Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia lipatan mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan kantong-kantong buntu. Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba falopii.
-Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas, apendisitis, atau endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau penyempitan lumen
-Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius dan hipoplasi. Namun ini jarang terjadi
-Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan usaha untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi
-Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan pada adneksia
-Penggunaan IUD
2. Faktor Fungsional
-Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus mulleri yang  abnormal
-Refluks menstruasi
-Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron
3.Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.
4.Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.
2.3 Klasifikasi
Sarwono Prawirohardjo dan Cuningham masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara lain:
1.Tuba Fallopii
1)      Pars-interstisialis
2)      Isthmus
3)      Ampula
4)      Infundibulum
5)      Fimbrae
2.Uterus
a)      Kanalis servikalis
b)      Divertikulum
c)      Kornu
d)     Tanduk rudimenter
3.Ovarium
4.Intraligamenter
5.Abdominal
a)      Primer
b)      Sekunder
6.Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus.
2.4 Patofisiologi
            Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampula tuba (lokasi tersering, ismust, fimbriae, pars interstisialis, kornu uteri, ovarium, rongga abdomen, serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada sel kolumnar tuba maupun secara intercolumnar. Pada keadaan yang pertama, zigot melekat pada ujung atau sisi jonjot, endosalping yang relative sedikit mendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian di reabsorbsi.
            Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel diantara dua jonjot. Zigot yang telah bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang menyerupai desidua, yang disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah menembus endosalping dan mencapai lapisan miosalping dengan merusak integritas pembuluh darah di tempat tersebut.
            Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang dan perkembangannya tersebut di pengaruhi oleh beberapa faktor,  yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat implantasi dan banyaknya perdarahan akibat invasi trofoblas.
            Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopikpun mengalami hipertropi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-tanda kehamilan seperti tanda hegar dan Chadwick pun ditemukan. Endometriumpun berubah menjadi desidua, meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel epitel endometrium menjadi hipertropik, hiperkromatik, intinya menjadi lobular dan sitoplasmanya bervakuola. Perubahan selular demikian disebut sebagai reaksi Arias-Stella. Karena tempat pada implantasi pada kehamilan ektopik tidak ideal untuk berlangsungnya kehamilan, suatu saat kehamilan akan terkompromi.
Kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah :
a.   hasil konsepsi mati dini dan direabsorbsi
b.   Abortus kedalam lumen tuba
c.   Ruptur dinding tuba.
2.5  Manifestasi Klinis
      Dikenal trias gejala klinik KET, yaitu :
1.   Amenorrhoe
            Lamanya aminorea bervariasi dari beberapa hari sampai beberapa bulan. Dengan aminorea terdapat hamil muda yaitu morning sicknes, mual-mual, perasaan ngidam.
2.      Nyeri Abdomen
Disebabkan kehamilan tuba yang pecah, rasa nyeri dapat menjalar keseluruh abdomen tergantung perdarahan didalamnya. Bila rangsangan darah dalam abdomen mencapai diafragma dapat terjadi nyeri di daerah bahu.


3.   Perdarahan
            Terjadinya abortus atau rupture kehamilan tuba terdapat perdarahan kedalam cavum abdomen dalam jumlah yang bervariasi.
      Gejala lain yang dapa muncul antara lain :
1.   Syock Hipovolemia
2.   Nyeri bahu dan leher
3.   Nyeri pada palpasi : perut penderita biasanya tegang dan agak gembung.
4.   Nyeri pada toucher
5.   Pembesaran Uterus
6.   Tumor dalam rongga panggul
7.   Gangguan berkemih
8.   Perubahan darah
2.6  Pemeriksaan Penunjang
            Gejala-gejala kehamilan ektopik terganggu beraneka ragam, sehingga pembuatan diagnosis kadang-kadang menimbulkan kesulitan, khususnya pada kasus-kasus kehamilan ektopik yang belum mengalami atau ruptur pada dinding tuba sulit untuk dibuat diagnosis.
            Berikut ini merupakan jenis pemeriksaan untuk membantu diagnosis kehamilan ektopik:
1.   HCG-β
            Pengukuran subunit beta dari HCG-β (Human Chorionic Gonadotropin-Beta) merupakan tes laboratorium terpenting dalam diagnosis. Pemeriksaan ini dapat membedakan antara kehamilan intrauterin dengan kehamilan ektopik.
2.   Kuldosintesis
            Tindakan kuldosintesis atau punksi Douglas. Adanya darah yang diisap berwarna hitam (darah tua) biar pun sedikit, membuktikan adanya darah di kavum Douglasi.
3. Dilatasi dan Kuretase
            Biasanya kuretase dilakukan apabila sesudah amenore terjadi perdarahan yang cukup lama tanpa menemukan kelainan yang nyata disamping uterus.
4.   Laparaskopi
            Laparaskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnosis terakhir apabila hasil-hasil penilaian prosedur diagnostik lain untuk kehamilan ektopik terganggu meragukan. Namun beberapa dekade terakhir alat ini juga dipakai untuk terapi.
5.   Ultrasonografi
            Keunggulan cara pemerikssan ini terhadap laparoskopi ialah tidak invasif, artinya tidak perlu memasukkan rongga dalam rongga perut. Dapat dinilai kavum uteri, kosong atau berisi, tebal endometrium, adanya massa di kanan kiri uterus dan apakah kavum Douglas berisi cairan.
6.   Tes Oksitosin
            Pemberian oksitosin dalam dosis kecil intravena dapat membuktikan adanya kehamilan ektopik lanjut. Dengan pemeriksaan bimanual, di luar kantong janin dapat diraba suatu tumor.
7.   Foto Rontgen
            Tampak kerangka janin lebih tinggi letaknya dan berada dalam letak paksa. Pada foto lateral tampak bagian-bagian janin menutupi vertebra Ibu.
8.   Histerosalpingografi
            Memberikan gambaran kavum uteri kosong dan lebih besar dari biasa, dengan janin diluar uterus. Pemeriksaan ini dilakukan jika diagnosis kehamilan ektopik terganngu sudah dipastikan dengan USG (Ultra Sono Graphy) dan MRI (Magnetic Resonance Imagine) (1,4,8,15).
            Trias klasik yang sering ditemukan adalah nyeri abdomen, perdarahan vagina abnormal, dan amenore.

2.7 Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektropik pada umumnya adalalah laparotomi. Dalam tindakan demikian , beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut.
1         Kondisi ibu pada saat itu.
2         Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya.
3         Lokasi kehamilan ektropik.
4         Kondisi anatomis organ pelvis.
5         Kemampuan teknik bedah mikro dokter.
6         Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat.
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu di lakukan salpingektomi pada kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apakah kondisi ibu buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik di lakukan salpingektomi. Pada kasus kehamilan ektropik di pars ampularis tuba yang belum pecah biasanya di tangani dengan menggunakan kemoterapi untung menghindari tindakan pembedahan.
Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan pengakhiran kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran kehamilan dapat dilakukan melalui:
1. Obat-obatan
Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang digunakan adalah methotrexate (obat anti kanker).
2. Operasi
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi adalah tindakan yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar daripada obat-obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan operasi laparaskopi.
Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif adalah pembedahan :
Laparotomi: eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-ovarektomi) atau insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali.
Laparoskop: untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan insisi pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.
Operasi Laparoskopik : Salfingostomi
Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta kadar β-hCG rendah maka dapat diberikan injeksi methrotexatekedalam kantung gestasi dengan harapan bahwa trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau diberikan injeksi methrotexate 50 mg/m3 intramuskuler.
Syarat pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik:
1.      Ukuran kantung kehamilan
2.      Keadaan umum baik (“hemodynamically stabil”)
  1. Tindak lanjut (evaluasi) dapat dilaksanakan dengan baik
Keberhasilan pemberian methrotexate yang cukup baik bila :
1.      Masa tuba
2.      Usia kehamilan
3.      Janin mati
4.      Kadar β-hCG
Kontraindikasi pemberian Methrotexate :
1.      Laktasi
2.      Status Imunodefisiensi
3.      Alkoholisme
4.      Penyakit ginjal dan hepar
5.      Diskrasia darah
6.      Penyakit paru aktif
7.      Ulkus peptikum
Pasca terapi konservatif atau dengan methrotexate, lakukan pengukuran serum hCG setiap minggu sampai negatif. Bila perlu lakukan “second look operation”.




Etiologi : Mekanis & Fungsional
 
2.8 WOC
 










MK : Nyeri
 
MK : Gg Volume cairan
 
 











2.9 Komplikasi
      1.   Pada pengobatan konservatif, yaitu jika rupture tuba telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang (recurrent bledding). Ini merupakan indikasi operasi.
      2.   Infeksi
      3.   Sub-ileus karena massa pelvis
      4.   Sterlitas
2.10 ASUHAN KEPERAWATAN
A.   Pengkajian
1.             Anamnesis dan gejala klinis
a.       Riwayat terlambat haid
b.      Gejala dan tanda kehamilan muda
c.       Dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginan
d.      Terdapat aminore
e.       Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh abdomen, terutama abdomen bagian kanan / kiri bawah
f.       Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum.
g.      Pemeriksaan fisik
2.             Inspeksi
          Mulut            :           bibir pucat
          Payudara       :           hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
          Abdomen      :           terdapat pembesaran abdomen.
          Genetalia      :           terdapat perdarahan pervaginam
          Ekstremitas   :           dingin
3.             Palpasi
- Abdomen      :     uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada UK, nyeri tekan, perut teraba tegang, messa pada adnexa.
- Genetalia           : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.
4.             Auskultasi
-    Abdomen      : bising usus (+), DJJ (-)
5.             Perkusi
- Ekstremitas : reflek patella + / +
6.             Pemeriksaan fisik umum:
a.             Pasien tampak anemis dan sakit
b.             Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.
c.             Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar.
d.            Daerah ujung (ekstremitas) dingin
e.             Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
f.              Pemeriksa nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai syok
g.             Pemeriksaan abdomen: perut kembung, terdapat cairan bebas darah, nyeri saat perabaan.
h.             Pemeriksaan khusus:
h.             Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks
i.               Kavum douglas menonjol dan nyeri
j.               Mungkin tersa tumor di samping uterus
k.             Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan.
l.               Pemeriksaan ginekologis: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri
i.               Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan seseorang, sedangkan untuk mengetahui kehamilan ektopik seorang dokter dapat melakukan:
7.              Laboratorium
a.                        Hematokrit
Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang terjadi.


b.                       ·Sel darah putih
Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya leukositosis. Leoukosite 15.000/mm3. Laju endap darah meningkat.
c.                        ·Tes kehamilan
Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan pemeriksaan β-hCG positif. Pada kehamilan intrauterin, peningkatan kadar β-hCG meningkat 2 kali lipat setiap dua hari, 2/3 kasus kehamilan ektopik menunjukkan adanya peningkatan titer serial hCG yang abnormal, dan 1/3 sisanya menunjukkan adanya peningkatan titer hCG yang normal. Kadar hormon yang rendah  menunjukkan adanya suatu masalah seperti kehamilan ektopik.
d.                         Pemeriksaan Penunjang/Khusus
Setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.
e.                        Pemeriksaan ultrosonografi (USG).
Pemeriksaan ini dapat menggambarkan isi dari rahim seorang wanita. Pemeriksaan USG dapat melihat dimana lokasi kehamilan seseorang, baik di rahim, saluran tuba, indung telur, maupun di tempat lain.
USG : – Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
- Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
- Adanya massa komplek di rongga panggul
f.            Laparoskopi
peranan untuk menegakkan diagnosa kehamilan ektopik sudah diganti oleh USG
g.                       Laparotomi
Harus dilakukan pada kasus kehamilan ektopik terganggu dengan gangguan hemostasis (tindakan diagnostik dan definitif).
h.                       Kuldosintesis
Memasukkan jarum kedalam cavum Douglassi transvaginal untuk menentukan ada atau tidak adanya darah dalam cavum Douclassi. Tindakan ini tak perlu dikerjakan bila diagnosa adanya perdarahan intraabdominal sudah dapat ditegakkan dengan cara pemeriksaan lain. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.



B.    Diagnosis Keperawatan
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:
1.        Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi sebagai efek tindakan pembedahan.
2.        Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman nutrient ke sel.
3.        Nyeri  berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan intraperitonial.
4.        Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman atau tidak mengenal sumber-sumber informasi.

C.   Intervensi keperawatan
a.                   Diagnosis 1: Ketidakseimbangan volume cairan  berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi sebagai efek tindakan pembedahan.
Tujuan             : Setelah diberikan asuhan keperawatan dalam 1 x 24 jam klien ibu menunjukan kestabilan/ perbaikan keseimbangn cairan.

Kriteria hasil    :
a.       tanda-tanda vital yang stabil :
Kesadaran   : composmentis
TD              : 120/80 mmHg
Suhu           : 36,5 ºC
Nadi            : 60-100 x/menit
RR              : 16- 24 x/menit
b.      pengisian kapiler cepat kurang dari 2 detik
c.       serta frekuensi berat jenis urine adekuat sekitar 1.003-1.030 gr/ml.
d.      intake cairan 30-35 ml/kg/hari
e.       output cairan 0,5-1 ml/kgbb/hari

No
Rencana Inervensi
Rasional
1
Lakukan pendekatan kepada pasien dan keluarga.
Pasien dan keluarga lebih kooperatif
2
Memberikan penjelasan mengenai kondisi pasien saat ini
pasien mengerti tentang keadaan dirinya dan lebih kooperatif terhadap tindakan.
3
Observasi TTV dan observasi tanda akut abdoment.
parameter deteksi dini adanya komplikasi yang terjadi.
4
Pantau input dan output cairan
Untuk mengetahui kesaimbangan cairan dalam tubuh
5
Pemeriksa kadar Hb
mengetahui kadar Hb klien sehubungan dengan perdarahan.
6
Lakukan kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan lebih lanjut.
melaksanakan fungsi independent.

b.             Diagnosia 2: Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman nutrient ke sel.
Tujuan             : Setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam 3 x 24 jam klien menunjukan perfusi jaringan yang adekuat
Criteria hasil    :
a.       Tanda-tanda vital stabil :
Kesadaran   : composmentis
TD              : 120/80 mmHg
Suhu           : 36,5 ºC
Nadi            : 60-100 x/menit
RR              : 16- 24 x/menit

b.      membrane mukosa warna merah muda,
c.       pengisian kapiler baik kurang dari 2 detik
d.      haluaran urine adekuat antara intake dan output seimbang
e.       wajah tidak pucat
No
Tindakan intervensi
rasional
1
Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
Memberikan informasi tentang derajat/adekuat perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi.
2
Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi.
Vasokonstriksi menurunkan sirkulasi perifer. Kenyamanan pasien/ kebutuhan rasa hangat harus seimbang dengan kebutuhan untuk menghindari panas berlebihan.
3
Kolaborasi dengan tim medis yang lain, awasi pemeriksaan lab: misalnya: HB/HT
Mengidentifikasi defisiensi dan kebuutuhan pengobatan atau terhadap terapi.

c.         Diagnosis 3: Nyeri berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan intraperitonial.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan dam 1 x 24 jam klien dapat mengaplikasikan teknik relaksasi
Kriteria hasil:  a. ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi
b. tanda-tanda vital dalam batas normal :
Kesadaran   : composmentis
TD              : 120/80 mmHg
Suhu           : 36,5 ºC
Nadi            : 60-100 x/menit
RR              : 16- 24 x/menit
c. ibu tidak meringis atau menunjukan raut muka yang kesakitan.

no
Rencana Intervensi
Rasional

Mandiri:

1
Tentukan sifat, lokasi dan durasi nyeri. Kaji kontraksi uterus hemoragi ataunyeri tekan abdomen.
Membantu dalam mendiagnosis dan menentukan tindakan yang akan dilakukan. Ketidak nyamanan dihubungkan dengan aborsi spontan dan molahidatiosa karena kontraksi uterus yang mungkin diperberat oleh infuse oksitosin. Rupture kehamilan ektropik mengakibatkan nyeri hebat, karena hemoragi tersembunyi saat tuba falopi rupture ke dalam abdomen.
2
Kaji steres psikologi ibu/pasangan dan respons emosional terhadap kejadian.
Ansietas terhadap situasi darurat dapat memperberat ketidak nyamanan karena syndrome ketegangan, ketakutan, dan nyeri..
3
Berikan lingkungan yang tenang dan aktivitas untuk menurunkan rasa nyeri. Instruksikan klien untuk menggunakan metode relaksasi, misalnya: napas dalam, visualisasi distraksi, dan jelaskan prosedur.
Dapat membantu dalam menurunkan tingkat asietas dan karenanya mereduksi ketidaknyamanan.

Kolaborasi:

1
Berikannarkotik atau sedative berikut obat-obat praoperatif bila prosedur pembedahan diindikasikan.
Meningkatkan kenyamanan, menurunkan komplikasi pembedahan
5
Siapkan untuk prosedur bedah bila terdapat indikasi
Tingkatkan terhadap penyimpangan dasar akan menghilangkan nyeri.
d.        Diagnosis 4: Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman atau tidak mengenal sumber-sumber informasi.
Tujuan     :  Setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam 2 x 24 jam ibu mampu  berpartisipasi dalam proses belajar,
Kriteria Hasil   :   a. Klien mampu mengungkapkan dalam istilah sederhana
  b. Klien mengetahui dan mengerti mengenai patofisiologi dan implikasi klinis.   
No
Rencana Intervensi
Rasional
1
Menjelaskan tindakan dan rasional yang ditentukan untuk kondisi hemoragia.
Memberikan informasi, menjelaskan kesalahan konsep pikiran ibu mengenai prosedur yang akan dilakukan, dan menurunkan sters yang berhubungan dengan prosedur yang diberikan.
2
Berikan kesempatan bagi ibu untuk mengaji\ukan pertanyaan dan mengungkapkan kesalah konsep
Memberikan klisifikasi dari konsep yang salah, identifikasi masala-masalah dan kesempatan untuk memulai mengembangkan ketrampilan penyesuaian (koping)
3
Diskusikan kemungkinan implikasi jangka ependek pada ibu/janin dari kedaan pendarahan.
Memberikan informasi tentang kemungkinan komplikasi dan meningkatkan harapan realita dan kerja sama dengan aturan tindakan.
4
Tinjau ulang implikasi jangka panjang terhadap situasi yang memerlukan evaluasi dan tindakan tambahan.
Ibu dengan kehamilan ektropik dapat memahami kesulitan mempertahankan setelah pengangkatan tuba/ovarium yang sakit.



D.   Implementasi
Tanggal           : 07 oktober 2012
Jam                  : 05.00 WIB
Dx                : Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi sebagai efek tindakan pembedahan.
05.00 WIB
Melakukan pendekatan kepada pasien dan keluarga dengan cara memperkenalkan diri terlebih dahulu lalu menanyakan apa yang di keluhkan ibu saat ini agar pasien dan keluarga lebih kooperatif.
05.05 WIB
Memberikan penjelasan mengenai kondisi pasien saat ini agar pasien mengerti tentang keadaan dirinya dan lebih kooperatif terhadap tindakan.
05.10 WIB 

Melakukan observasi TTV sebagai parameter deteksi dini adanya komplikasi yang terjadi dengan hasil :
KU              : cukup
Kesadaran   : composmentis
TD              : 100/70 mmHg
Suhu           : 36,4 ºC
Nadi            : 88x/menit
RR              : 22x/menit
Melakukan observasi tanda akut abdoment seperti : perut kembung, nyeri tekan abdoment, nyeri tekan adneksa kanan dan adneksa kiri.

05.30 WIB
Memantau input yaitu infus RL 21 tetes/menit dan output yaitu DC 100cc untuk Untuk mengetahui kesaimbangan cairan dalam tubuh
05.35 WIB
Melakukan pemeriksaan kadar Hb Serial, untuk mengetahui kadar Hb klien sehubungan dengan perdarahan
05.45 WIB
Melakukan kolaborasi dengan tim medis yaitu dilakukan operasi untuk penanganan lebih lanjut dan sebagai fungsi independent.


E.    Evaluasi
Hari/ tgl      : Minggu, 07 oktober 2012
Jam             : 07.00 WIB
Tempat       : RSUD Gambiran
S   
Ibu mengatakan nyeri pada luka bekas operasi dan badan terasa panas.
O
Keadaan umum     : Cukup
Kesadaran                    : Composmetis
TTV                              : TD : 100 / 70 mmHg
                                         N  : 96x /menit
                                       RR : 22x / menit
                                       S     : 38,7oC

A
Masalah teratasi sebagian
P
- Observasi TTV
- Pantau input dan output cairan
-  Observasi perdarahan
- Terapi : – obat-obat anti nyeri
                  -  Methrotexate






BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai berikut:
 Kehamilan Ektopik Terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang mengalami abortus ruptur pada dinding tuba.
Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam bukunya menjelaskan beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu, yaitu:
o Faktor mekanis
o Faktor fungsional
Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi. Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya. Kalangan usia yang rentan terhadap Kehamilan Ektopik Terganggu adalah antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun.

3.2 Saran
Banyak hambatan yang penulis dapatkan dalam pembuatan makalah ini akibat keterbatasan ilmu dan pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis menyarankan agar kegiatan seperti ini agar kiranya dapat slalu dilakukan untuk menambah ilmu dan pengetahuan serta sebagai bahan aplikasi jika kelak mengambil profesi dan terjun dimasyarakat luas.






DAFTAR ISI

Marillyn, doengoes. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Prawirohardjo S, Hanifa W.2005. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi. Dalam: Ilmu Kandungan, edisi II. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius FKUI 
Yulianingsih, Maryunanni, Anik. 2009. Asuhan Kegawa tdaruratan Dalam Kebidanan. Jakarta : Trans Info Media
Yuliaikhah, Lily S.Si. T. 2009. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta : EGC